Rabu, 26 Maret 2008

Meraih Kesuksesan Sejati


Ternyata, harta, pangkat, jabatan yang seringkali dijadikan tolak ukur kesuksesan, dalam praktiknya seringkali menjerumuskan orang pada kesesatan.
Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kepada kita kehati-hatian atas kesuksesan, karena orang yang diuji dengan kegagalan ternyata lebih mudah berhasil dibandingkan mereka yang diuji dengan kesuksesan.
Banyak orang yang tahan menghadapi kesulitan, tapi sedikit orang yang tidak tahan ketika menghadapi kemudahan. Ada orang yang bersabar ketika tidak mempunyai harta, tapi banyak orang yang tidak bisa mengendalikan diri saat dikaruniai harta yang melimpah. Ternyata, harta, pangkat, jabatan yang seringkali dijadikan tolak ukur kesuksesan, dalam praktiknya seringkali menjerumuskan orang pada kesesatan.
Apa sebenarnya kesuksesan itu? Boleh jadi setiap orang memiliki paradigma berbeda mengenai kesuksesan. Namun secara sederhana, sukses bisa dikatakan sebagai keberhasilan akan tercapainya sesuatu yang telah ditargetkan. Dalam pandangan Islam, kesuksesan tidak sekadar aspek dunia belaka, tapi menyentuh pula aspek akhirat.
Kesuksesan, setidaknya mencakup lima hal. Pertama, kalau aktivitas yang kita lakukan menjadi suatu amal. Apalah artinya kita banyak berbuat kalau tidak bernilai amal. Kedua, bila nama kita semakin baik. Apalah artinya kita mendapatkan uang, mendapatkan harta atau kedudukan kalau nama kita coreng-moreng. Ketiga, kalau kita terus bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan. Apalah artinya jika harta bertambah, tetapi ilmu dan pahala tidak bertambah. Bila ini yang terjadi, kita hanya akan terjebak oleh harta yang kita miliki.
Keempat, kita disebut sukses kalau kita dapat menjalin silaturahmi dengan orang lain, sehingga bertambah saudara. Apalah artinya mendapatkan uang dan kedudukan tetapi musuh kita bertambah banyak. Dengan terjalin silaturahmi, insya Allah akan semakin banyak orang yang mencintai kita. Bila orang sudah cinta, maka ia akan mengerahkan ilmunya untuk menambah ilmu kita, mencurahkan wawasannya untuk mengembangkan wawasan kita, serta memberikan tenaga dan hartanya untuk melindungi kita.
Kelima, kita disebut sukses bila pekerjaan yang kita lakukan dapat memberikan manfaat yang besar kepada orang lain. Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak manfaatnya”. Semakin banyak menjadi jalan kesuksesan bagi orang lain, maka semakin sukseslah diri kita.
***
Pada hakikatnya kesuksesan itu milik setiap orang. Yang menjadi masalah, tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan kesuksesan itu. Setidaknya ada tujuh formula yang dapat kita lakukan untuk meriah kesuksesan tersebut. Saya menyebutnya dengan 7B. Ketujuh teknik ini harus ada semuanya, jika salah satu tidak ada maka, belum bisa dikatakan sebuah kesuksesan.
B pertama, beribadah dengan benar. Ibadah adalah fondasi dari niat, fondasi dari track yang akan kita buat. Siapapun yang ingin membangun kesuksesan, ia harus memperbaiki ibadahnya. Perbaiki, terus perbaiki ibadah. Siapa yang akan membimbing kita jika ibadah kita buruk? Siapa yang akan melindungi kita dari ketergelinciran kalau ibadah kita tidak jalan? Bukankah Allah Swt. berjanji akan menolong orang-orang yang ibadahnya baik. Intinya, ibadah adalah fondasi yang akan membuat kita agar senantiasa terjaga dalam jalur yang tepat.
B kedua, berakhlak baik. Akhlak yang baik adalah bukti dari ibadah yang benar. Apapun yang kita lakukan, kalau dilandasi akhlak yang buruk niscaya akan berakhir dengan kehancuran. Apa yang dimaksud akhlak yang baik itu? Rumusnya sangat sederhana yaitu merespons segala sesuatu dengan sikap yang terbaik; merespons kesulitan, merespons kesenangan, pujian, ataupun penghinaan, merespons sehat, sakit, sukses, gagal dengan sikap terbaik.
B ketiga, belajar tiada henti. Karena itu, pertanyaan yang harus kita ajukan adalah apakah kita menyukai proses belajar? Setiap hari masalah kita terus bertambah, kebutuhan bertambah, dan situasi berubah. Bagaimana mungkin kita menyikapi situasi yang terus berubah dengan ilmu yang tidak bertambah!.
B keempat, bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Curahan keringat tak selalu identik dengan kesuksesan. Berpikir cerdas adalah merupakan bagian dari kerja keras. Pada prinsipnya, sebuah hasil yang maksimal akan diraih bila kita mampu mengaktualisasikan ibadah, akhlak, dan ilmu kita dalam pekerjaan yang berkualitas.
B kelima, bersahaja dalam hidup. Ini adalah poin yang sangat penting. Betapa banyak orang yang bekerja keras dan mendapatkan apa yang dia inginkan, tetapi dia tidak dapat mengendalikan dirinya. Bersahaja itu bukan sederhana, bersahaja itu bukan miskin, bersahaja adalah menggunakan sesuatu sesuai keperluan. Kenapa kita harus bersahaja? Dengan bersahaja kita akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tidak diperbudak keinginan.
B keenam, bantu sesama. Selalu membantu orang lain adalah tanda kesuksesan. Kalau kita memiliki rumah yang lapang, maka harus ada upaya untuk menampung orang lain, misalnya menampung anak-anak yatim. Kita harus gigih agar kelebihan yang kita miliki dapat menjadi nilai tambah bagi sesama.
B ketujuh, bersihkan hati selalu. Bila hati kita berpenyakit, maka akan tumbuh rasa ujub, ria, sum’ah, takabur, dan lainnya. Kondisi ini akan membuat amal-amal kita tidak berarti; tidak indah lagi di dunia dan tidak berkah lagi untuk akhirat. Allah Swt. berfirman, Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat (QS. Asy-Syu’ara: 88-89).
Andaikata formula ini kita lakukan dengan baik, Insya Allah akan berdampak untuk kesuksesan diri kita, berdampak pada lingkungan kita, dan pada saat yang sama berdampak pula pada kesuksesan di akhirat.
Wallahu a’lam bishawab. Aa Gym

AKAN ADA KEMUDAHAN SETELAH KESULITAN

Akan Ada Kemudahan Setelah Kesulitan
Oleh : Aan Anwarudin

Sesungguhnya Allah ciptakan alam ini dan segala isinya dengan maksud dan tujuan tertentu, penciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia dari benda yang ada dilangit dan di bumi, dari yang terkecil sampai yang paling besar, dan dari setiap makhluknya itu sendiri terutama manusia. Tidak ada yang sulit bagi Allah, karena Dialah yang Maha Kuasa yang mengenggam alam ini beserta seluruh isinya. Karena itu sebagai makhluknya manusia harus selalu bersyukur akan pemberian apapun yang ada pada dirinya, apapun adalah yang terbaik bagi manusia itu sendiri. Hidup ini adalah ibarat sebuah film sinetron akan ada episode dalam setiap penggalan film itu, begitu juga episode dalam kehidupan ini kadang manusia harus berperan pada gilirannya menjadi orang yang sangat sengsara kemudian pada episode berikutnya dia akan bahagia. Hakikatnya hidup ini adalah tarbiyah dari Allah suatu saat manusia akan diberi kesukaran namun pada waktu yang lain atau bahkan tidak jauh dari waktu itu hampir bersamaan diberikan kemudahan. Manusia yang hanya memandang setiap kejadian tanpa disertai cahaya Al-quran, seringkali gagal dalam memberikan makna pada suatu peristiwa yang menimpanya. Akibatnya jatuhlah dia dalam lubang keputusasaan . Allah menyampaikan rahasia penting dalam Al-quran sebagai berikut :”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(QS.94 : 5-6). Seringkali manusia saat menghadapi kesukaran mudah jatuh dalam keputusasaan dan kesedihan yang berlebihan, tapi saat menghadapi kemudahan rizki dan persoalan dalam hidupnya seringkali lupa akan dirinya dan Tuhannya.
Demi Allah ujian orang yang beriman sungguh menjadi keniscayaan karenanya tidak ada satupun manusia yang bernafas di dunia ini kecuali akan diberikan kepadanya dua perkara. Perkara pertama Allah berikan kepadanya kenikmatan dan yang kedua adalah berupa peringatan (kesengsaraan) sebagai bahan bakar untuk mengarungi samudera kehidupan ini. Sesungguhnya Allah memberikan cobaan yang ada di alam ini adalah sesuai dengan kemampuan dari hambanya itu sendiri, karenanya semakin tinggi keimanan seseorang maka sesungguhnya cobaan yang diberikan sebanding yang diimaninya. Firman Allah dalam al-Quran :”Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya”. (QS. 23: 62). Marilah sejenak kita merefleksi atas realitas kehidupan ini begitu banyak orang yang tujuan hidupnya hanya dunia semata, mereka tidak hanya akan mengalami kesulitan dalam menjalani hidup tapi juga akan menyulitkan orang lain. Kita tidak menginginkan bahwa kehidupan yang sesaat ini begitu banyak beban yang kita berikan baik pada diri sendiri, keluarga, sahabat atau bahkan masyarakat secara umum. Hanya orang yang tak beriman yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Karena ia tidak meyakini bahwa setelah itu akan ada kampung akherat, tidak mempercayai akan adanya kehidupan setelah kematian di dunia ini. Betapapun banyak dan hebatnya prestasi hidup kita di dunia ini, tidak ada yang lebih pantas untuk kita banggakan kecuali karena kita adalah seorang muslim. Jika kita sadari hal ini, maka semua kenikmatan yang telah kita rasakan tidak ada nilainya dibanding dengan nikmat islam. Betapa tidak, ini adalah prestasi yang tidak semua manusia mendapatkannya. Hanya mereka yang menerima curahan rahmat dan kasih sayang dari Allah saja yang merasakannya. Sesungguhnya seorang muslim adalah sosok yang tidak pantas untuk lama dan berlarut dalam kesedihan yang berkepanjangan, bermuram durja, meratap, hanya karena nasibnya di dunia yang mungkin kurang beruntung. Sebab kita memiliki kekuatan, bahkan sumber kekuatan itu sendiri. Kita punya Allah swt. Kita punya teladan, Rasulullah saw. Dan kita punya pedoman hidup yang maha benar yang mengantarkan manusia pada kematangan dalam berislam, Al-Quran yang mulia. Itulah modal kita dalam kehidupan ini, yang kemungkinan besar tidak dimiliki oleh orang lain manapun di dunia ini. Karena itu, wajar jika Allah mengingatkan kita,”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang –orang yang beriman.
Begitu banyak orang yang beranggapan bahwa hidup dalam ketaatan kepada Allah sangat menyusahkan, dikarenakan beban kewajiban yang begitu berat. Ini adalah tipu daya setan agar manusia menempuh jalan yang sesat. Sesungguhnya kesusahan dan kemudahan adalah satu kepastian, bagi mereka yang ingin bangkit dari kesusahan akan ada kemudahan yang senantiasa akan menghampirinya. Kemudahan yang pasti adalah ketika manusia itu sendiri selalu berupaya untuk mampu bertahan dalam menjalankan kehidupan ini dalam bentuk apapun (susah – senang). Allah tidak akan membiarkan hambanya begitu saja rencana-Nya adalah lebih baik dari apa yang direncanakan jauh-jauh hari oleh hambanya. Sebagaimana dijelaskan pada ayat sebelumnya (diatas) apapun musibah yang dialami oleh manusia, Allah selalu memberi jalan keluar bagi orang yang beriman. Sesungguhnya orang yang beriman akan melihat karunia Allah berupa kemudahan atas segala kesukaran, sepanjang dia sabar dan tabah. Karenanya dalam ayat lain, Allah memberi kabar gembira bagi hambanya yang bertaqwa kepada-Nya. Firman Allah :”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya” (QS.65: 2-3). Janjinya tak pernah meleset karena sudah menjadi kepastian dalam hidup ini, karena itu sebagai hamba-Nya jangan pernah bosan untuk selalu bersabar apabila ditimpa musibah (kesusahan) karena di dunia ini tidak ada penderitaan yang abadi. Waallahua’lam Bishawab. Awr19/03/06

Selasa, 25 Maret 2008

SAYAP YANG TAK KAN PERNAH PATAH

SAYAP YANG TAK KAN PERNAH PATAH

"Sambutlah hari dengan kebahagiaan, bebas seperti burung terbang pagi hari"
Mari kita bicara tentang orang-orang yang patah hati. Atau kasihnya tak sampai, atau cintanya tertolak. Seperti sayap-sayap Gibran yang patah. Atau kisah kasih Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapal Vanderwicjk tenggelam. Atau cinta Qais dan Laila yang membuat mereka ‘majnun’, lalu mati. Atau, jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri, yang kandas ditempa takdir, atau layu tak berbalas.
Itu cerita cinta yang digali dari mata air air mata. Dunia tidak merah jambu disana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan meratap di tengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung
O burung, adakah yang mau meminjamkan sayap
Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati.
Mari kita ikut berbelasungkawa untuk mereka. Mereka orang-orang baik yang perlu dikasihani. Atau, jika mereka adalah kamu sendiri, maka terimalah ucapan belasungkawaku, dan belajarlah mengasihani dirimu sendiri.
Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernah patah. Kasih selalu sampai disana, Apabila ada cinta dihati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain,” kata Rumi, “Sebab tangan yang satu tak kan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain”. Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita menyaksikan fakta lain.
Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah, maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta pada-Nya, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki: Selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai. Dalam makna memberi itu posisi kita sangat kuat: kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah atau melankolik saat kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah “pekerjaan jiwa” yang besar dan agung: mencintai.
Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, yang sesungguhnya terjadi hanyalah “kesempatan memberi” yang lewat. Hanya itu. Setiap saat kesempatan semacam itu dapat terulang. Selama kita memiliki cinta, memiliki “sesuatu” yang dapat kita berikan, Maka persoalan penolakan atau ketidaksampaian, jadi tidak relevan. Ini hanya murni masalah waktu. Para pecinta sejati selamanya hanya bertanya: “Apakah yang akan kuberikan?” Tentang kepada “siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder.
Jadi tidak hanya patah atau hancur karena lemah. Kita lemah karena posisi jiwa kita salah. Seperti ini: kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menjadi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita. Anis Mata

Senin, 24 Maret 2008

Keutamaan Shalat Tarawih

KEUTAMAAN SHALAT TARAWIH

Saudaraku, jika engkau mengetahui berkah mengerjakan shalat tarawih yang hanya ada di bulan suci Ramadhan, masihkah engkau ingkar untuk melakukannya?
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Nabi Muhammad SAW. ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih pada bulan Ramadhan, kemudian beliau besabda: ” jika seorang Mukmin mengerjakan Shalat Tarawih pada,
Malam ke-1
orang tersebut akan dikeluarkan dari dosanya, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
Malam ke-2
ia akan diampuni dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya Mukmin.
Malam ke-3
seorang malaikat berseru dari bawah Arsy: ” Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat ”.
Malam ke-4
Ia akan memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran.
Malam ke-5
Allah Ta’ala memberinya pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjidil Madinah, dan Masjidil Aqsha.
Malam ke-6
Allah Ta’ala memberinya pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
Malam ke-7
Seolah-olah dia mencapai derajat Nabi Musa A.S dan kemenangannya atas Fir’aun dan Haman.
Malam ke-8
Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah dia berikan kepada Nabi Ibrahmim A.S.
Malam ke-9
Seolah-olah ia beribadah kepada Allah Ta’ala sebagimana ibadahnya Nabi SAW.
Malam ke-10
Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
Malam ke-11
Ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
Malam ke-12
Ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan pada malam purnama.
Malam ke-13
Ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap keburukan.
Malam ke-14
Para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya bahwa dia telah melakukan shalat tarawih maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
Malam ke-15
Ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
Malam ke-16
Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
Malam ke-17
Ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
Malam ke-18
Seorang malaikat menyeru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu-bapakmu.
Malam ke-19
Allah menangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.
Malam ke-20
Allah memberikan pahala untuk para syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
Malam ke-21
Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.
Malam ke-22
Ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiapkesedihan dan kesusahan.
Malam ke-23
Allah membangun untuknya sebuah kota dalam surga.
Malam ke-24
Ia memperoleh dua puluh empat doa yang dikabulkan.
Malam ke-25
Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
Malam ke-26
Allah mengangkat pahalanya selama empat uluh tahun.
Malam ke-27
Ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
Malam ke-28
Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
Malam ke-29
Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
Malam ke-30
Allah berfirman,”Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil, dan minumlah dari Telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.”
( Hadits Riwayat Majalis )

Subhanallah . . . !

Sumber
Muhammad, Ibnu. 2007. Puasa Bersama Rasulullah: Bagaimana Kehidupan Sehari- hari Rasulullah Saat Berpuasa. Bandung: Mizania.