Selasa, 01 April 2008

Mencintai Akherat Hidup Lebih Produktif

Mendengar kata cinta sungguh menarik, indah dan luar biasa. Siapa yang tak kenal kata cinta ia ada di setiap insan selagi nafas masih ada di setiap jiwa. Tiga hal yang tak luput dan lekang di telan zaman pertama cinta, tahta, dan wanita. Begitulah cinta maka kitapun tepana dan terpesona dibuatnya, memang setidaknya dicintai butuh terlebih belajar untuk selalu mencintai. Ini persoalan cinta, yakin bahwa Pencipta alam semesta lebih layak untuk mendapatkan urutan pertama dari yang lainnya. Usahakan bahwa Allah selalu ada dalam hati kita yakin sebelum kita melakukan apapaun di dunia ini yakin seperti apa yang di sampaikan oleh Imam Ibnu Atha’ilah : “Andaikan nur keyakinan itu telah menerangi hatimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu sebelum engkau melangkahkan kaki kepadanya. Engkau pun akan melihat semua kecantikan dunia telah diliputi kesuraman yang akan menghinggapinya”.
Suatu ketika Rasulullah SAW berjumpa seorang pemuda dari kalangan Anshar, Haritsah namanya. "Bagaimanakah keadaanmu hari ini, wahai Haritsah?" tanya Rasul. "Saya kini menjadi seorang Mukmin yang sungguh-sungguh," jawab Haritsah. "Wahai Haritsah, hati-hati dengan perkataanmu. Sebab setiap ucapan harus ada bukti hakikinya". "Ya Rasulullah jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa di siang hari. Kini, seolah-olah saya berhadapan dengan Arasy, dan melihat ahli syurga sedang saling menziarahi, sebagaimana aku melihat ahli neraka sedang menjerit-jerit di dalamnya". Rasul kemudian bersabda, "Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan berubah). Engkau seorang hamba yang telah diberi cahaya iman dalam hati". Haritsah berkata, "Ya Rasulullah, doakan aku agar mati syahid". Rasul pun berdoa seperti diminta Haritsah. Di kemudian hari, Allah SWT mengabulkan doa Rasulullah SAW. Haritsah gugur sebagai syuhada.
Saudaraku, bila cahaya keyakinan telah bersemayam di hati, maka akhirat akan terasa dekat, seperti dekatnya sebuah benda di depan mata. Itulah yang dialami Haritsah saat berdialog dengan Rasulullah SAW. Akibatnya, dunia tidak lagi berarti di hadapannya. Walaupun harus mencari dunia, maka dunia tersebut akan ia ditujukan sebesar-besarnya untuk meraih kebahagiaan di akhirat.
Orang-orang yang memiliki keyakinan seperti itu, akan selalu berhitung tentang akhirat. Baginya, dunia hanya menarik sebagai bekal untuk akhirat. Saat melihat uang, yang terpikir di benaknya bukan bagaimana memuaskan nafsu dengan uang tersebut. Ia justru berpikir bagaimana uang tersebut bisa menyelamatkannya di akhirat kelak.
Uang tidak membuatnya tertarik membuat rumah di dunia, ia tertarik untuk membuat bangunan di syurga. Uang menjadikannya lebih bersemangat untuk dekat dengan Rasulullah SAW di akhirat. Rasul bersabda bahwa orang-orang yang peduli kepada anak yatim kedudukannya dengan Rasul bagaikan dekatnya dua jari tangan. Maka, para pecinta akhirat akan menjadi penyantun anak yatim yang ikhlas. Intinya, siapa pun yang mencinta kehidupan akhirat, maka ia akan ringan beramal. Tidak ada amal yang berat baginya. Sebab, semakin berat amal, maka akan semakin dekat ia dengan akhirat yang didambakannya. Cinta akhirat tidak harus menjadikan seseorang menjauhi hiruk pikuk dunia, hidup menyendiri dan tidak peduli dengan dunia luar. Cinta akhirat harus menjadikan seseorang lebih produktif berkarya.
Pecinta akhirat hidupnya tidak tergantung kepada apapun selain kepada janji Allah. Ia tidak bergantung pada gaji. Ia tidak terlalu yakin dengan harta, pangkat, jabatan, ketenaran dan segala aksesoris dunia. Ia hanya yakin akan janji Allah yang pasti dan kekal sifatnya. Karena itu, kita harus mati-matian mencari sesuatu yang kekal jaminannya. Maka bertanyalah selalu, apa sebetulnya yang kita cari di dunia ini: uang, jabatan, atau apa. Kalau itu yang kita cari, betapa kecilnya cita-cita kita.
Harusnya yang kita kejar adalah cinta dan ridha Allah. Fokuskan semua energi diri hanya untuk meraih cinta dan ridha Allah. Bila Allah sudah ridha, insya Allah dunia akan kita dapatkan. Allah akan menjaga, menjamin, mencukupi semua kebutuhan hamba-hamba yang dicintai-Nya.
Begitulah cinta akhirat, niat yang baik sebagai landasan dalam beramal sebagai bekal menuju kehidupan akherat. Allah selalu menguji hambanya dengan berbagai ujian yang diberikan Allah di dunia ini. Pastinya segala ujian sebagai batu loncatan untuk menjadi sebenarnya hamba. Tanamkan dalam diri untuk selalu mencari ridlo Allah, agar kehidupan akherat dan nikmat syurga lebih dekat dari mimpi apapun di dunia. Bukankah tujuan akhir kita untuk melihat wajah Allah diakherat kelak. Wallahua’lambishowab.