Jumat, 12 Desember 2008

GELAR HAJI

Gelar Haji

Predikat yang satu ini memang tidak harus memenuhi mata kuliah layaknya di kampus. Gelar Haji dan Hajjah memang dipakai bagi mereka yang telah menyelesaikan dan menunanikan rukun islam yang ke lima yaitu Haji. Tidak hanya dana, yang dikeluarkan untuk mendapatkan gelar Haji tapi juga waktu dan dana lainnya yang mensupport orang naik haji. Tahun ini 1429 H atau 2008 M sekitar 210 ribu orang Pemerintah RI memberangkatkan jamaah Haji indonesia, sekaligus jumlah ranking 10 besar di banding negara lain.
Tak soal gelar tapi haji menjadi ritual tahunan bagi masyarakat kelas menengah keatas. Haji membutuhkan dana sekitar 30 juta di luar dana, persiapan, tamabahan uang saku untuk pembelian sovenir dan biaya lainnya. Namun jika berangkat haji melalui ONH Plus maka tak sedikit kocek yang dikeluarkan oleh jamaah lebih dari 45 juta yang harus dikeluarkan. Efek dari maslaha ke hajian adalah banyak yang diuntungkan, mulai dari Perbankan penggguna jasa hai, tarnsportasi, pelayanan penerbangan, pedagang kaki lima dan lainnya. Dilihat dari nilai rupiah uang yang berputar pada satu kali musim haji adalah 7 trilyun rupiah.Angka yang besar dan sangat real di masyarakat terlebih berputar di kalangan pebisnis baik tingkat kakap sampai kali lima.
Namun gelar haji dan hajjah seharusnya menjadi pemantik keimanan bagi mereka yang selesai menuanaikan ibdaha haji. Bukti adalah pernanan penting yang mendukung semua gelar yang diberikan kepada meereka yang telah berhaji. Seharusnya ini menjadi bola salju kebaikan dan bola keimanan di masyarakat karena semakin banyak jumlah haji dan hajjah maka semakin banyak pula yang berinteraksi di masyarakat dengan gelarnya.
Setidaknya ada dua hal yang dapat diambil dari Gelar haji ini. Pertama niat dan tujuan dari haji, hendaknya menuanaikan haji hanya karena Allah semata. Hingga dapat memperoleh gelar haji yang sempurna. Gelar haji bukan hanya gelar saja, tapi jadikan sebagai benteng dalam kehidupan sehari-hari. Iman seseorang kadang naik dan turun, naik saat beribadah kepada Allah menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya. Turun jika banyak berbuat maksiat kepada Allah, semakin banyak melakukan hal yang dilarang maka semakin turun iman dan semakin jauh dari Allah. Selain menjadi benteng haji juga hendaknya dapat memberi banyak manfaat seiring status di amsyarakat bertamabah juga sebagai langkah untuk memperbaiki diri. Bukankah dalam hadits dikatakan "Balasan Haji yang mabrur tiada lain adalah Syurga. Kedua gelar haji hendaknya dijadikan sebagai hal yang positif motivasi untuk selalu memperbaiki diri dan sarana untuk evaluasi. Apakah mungkin seorang bergelar haji melakukan hal yang sia-sia, berbuat zhalim di masyarakat, sombong dan sejenisnya semua adalah langkah syetan untuk terus menggoda manusia tanpa melihat haji dan hajjah atau bukan. Motivasi dan doa adalah dua rangkaian yang saling terkait karen aitu gelar haji dan hajjah di masayarakat bukan hanya meningkatkan status strata di masyarakat melainkan gelar yang terus di bawa sampai mati. Wallahu'alamBisshowwab.

Rabu, 05 November 2008

Menyingkap Proses Kematian

“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejab, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri”. (Imam Ghozali mengutip atsar Al-Hasan).

Datangnya Kematian Menurut Al Qur’an :

1. Kematian bersifat memaksa dan siap menghampiri manusia walaupun kita berusaha menghindarkan resiko-resiko kematian.
Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)

2. Kematian akan mengejar siapapun meskipun ia berlindung di balik benteng yang kokoh atau berlindung di balik teknologi kedokteran yang canggih serta ratusan dokter terbaik yang ada di muka bumi ini.
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? (QS An-Nisa 4:78)

3. Kematian akan mengejar siapapun walaupun ia lari menghindar.
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS al-Jumu’ah, 62:8)

4. Kematian datang secara tiba-tiba.
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS, Luqman 31:34)

5. Kematian telah ditentukan waktunya, tidak dapat ditunda atau dipercepat
Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS, Al-Munafiqun, 63:11)

Dahsyatnya Rasa Sakit Saat Sakaratul Maut

Sabda Rasulullah SAW : “Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan tiga ratus pedang” (HR Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW : “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (HR Bukhari)

Atsar (pendapat) para sahabat Rasulullah SAW .
Ka’b al-Ahbar berpendapat : “Sakaratul maut ibarat sebatang pohon berduri yang dimasukkan kedalam perut seseorang. Lalu, seorang lelaki menariknya dengan sekuat-kuatnya sehingga ranting itupun membawa semua bagian tubuh yang menyangkut padanya dan meninggalkan yang tersisa”.

Imam Ghozali berpendapat : “Rasa sakit yang dirasakan selama sakaratul maut menghujam jiwa dan menyebar ke seluruh anggota tubuh sehingga bagian orang yang sedang sekarat merasakan dirinya ditarik-tarik dan dicerabut dari setiap urat nadi, urat syaraf, persendian, dari setiap akar rambut dan kulit kepala hingga kaki”.

Imam Ghozali juga mengutip suatu riwayat ketika sekelompok Bani Israil yang sedang melewati sebuah pekuburan berdoa pada Allah SWT agar Ia menghidupkan satu mayat dari pekuburan itu sehingga mereka bisa mengetahui gambaran sakaratul maut. Dengan izin Allah melalui suatu cara tiba-tiba mereka dihadapkan pada seorang pria yang muncul dari salah satu kuburan. “Wahai manusia !”, kata pria tersebut. “Apa yang kalian kehendaki dariku? Limapuluh tahun yang lalu aku mengalami kematian, namun hingga kini rasa perih bekas sakaratul maut itu belum juga hilang dariku.”

Proses sakaratul maut bisa memakan waktu yang berbeda untuk setiap orang, dan tidak dapat dihitung dalam ukuran detik seperti hitungan waktu dunia ketika kita menyaksikan detik-detik terakhir kematian seseorang. Mustafa Kemal Attaturk, bapak modernisasi (sekularisasi) Turki, yang mengganti Turki dari negara bersyariat Islam menjadi negara sekular, dikabarkan mengalami proses sakaratul maut selama 6 bulan (walau tampak dunianya hanya beberapa detik), seperti dilaporkan oleh salah satu keturunannya melalui sebuah mimpi.

Rasa sakit sakaratul maut dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini tidak terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup. Sebuah riwayat bahkan mengatakan bahwa rasa sakit sakaratul maut merupakan suatu proses pengurangan kadar siksaan akhirat kita kelak. Demikianlah rencana Allah. Wallahu a’lam bis shawab.

Sakaratul Maut Orang-orang Zhalim

Imam Ghozali mengutip sebuah riwayat yang menceritakan tentang keinginan Ibrahim as untuk melihat wajah Malaikatul Maut ketika mencabut nyawa orang zhalim. Allah SWT pun memperlihatkan gambaran perupaan Malaikatul Maut sebagai seorang pria besar berkulit legam, rambut berdiri, berbau busuk, memiliki dua mata, satu didepan satu dibelakang, mengenakan pakaian serba hitam, sangat menakutkan, dari mulutnya keluar jilatan api, ketika melihatnya Ibrahim as pun pingsan tak sadarkan diri. Setelah sadar Ibrahim as pun berkata bahwa dengan memandang wajah Malaikatul Maut rasanya sudah cukup bagi seorang pelaku kejahatan untuk menerima ganjaran hukuman kejahatannya, padahal hukuman akhirat Allah jauh lebih dahsyat dari itu.

Kisah ini menggambarkan bahwa melihat wajah Malakatul Maut saja sudah menakutkan apalagi ketika sang Malaikat mulai menyentuh tubuh kita, menarik paksa roh dari tubuh kita, kemudian mulai menghentak-hentak tubuh kita agar roh (yang masih cinta dunia dan enggan meninggalkan dunia) lepas dari tubuh kita ibarat melepas akar serabut-serabut baja yang tertanam sangat dalam di tanah yang terbuat dari timah keras.

Itulah wajah Malaikatul Maut yang akan mendatangi kita kelak dan memisahkan roh dari tubuh kita. Itulah wajah yang seandainya kita melihatnya dalam mimpi sekalipun maka kita tidak akan pernah lagi bisa tertawa dan merasakan kegembiraan sepanjang sisa hidup kita.

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratulmaut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): “Keluarkanlah nyawamu”. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya. (QS Al-An’am 6:93)
(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam keadaan berbuat lalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah diri (sambil berkata); “Kami sekali-kali tidak mengerjakan sesuatu kejahatan pun”. (Malaikat menjawab): “Ada, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan”. Maka masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri itu. (QS, An-Nahl, 16 : 28-29)

Di akhir sakaratul maut, seorang manusia akan diperlihatkan padanya wajah dua Malaikat Pencatat Amal. Kepada orang zhalim, si malaikat akan berkata, “Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik, engkaulah yang membuat kami terpaksa hadir kami ke tengah-tengah perbuatan kejimu, dan membuat kami hadir menyaksikan perbuatan burukmu, memaksa kami mendengar ucapan-ucapan burukmu. Semoga Allah tidak memberimu balasan yang baik ! “ Ketika itulah orang yang sekarat itu menatap lesu ke arah kedua malaikat itu.

Ketika sakaratul maut hampir selesai, dimana tenaga mereka telah hilang dan roh mulai merayap keluar dari jasad mereka, maka tibalah saatnya Malaikatul Maut mengabarkan padanya rumahnya kelak di akhirat. Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tak seorangpun diantara kalian yang akan meninggalkan dunia ini kecuali telah diberikan tempat kembalinya dan diperlihatkan padanya tempatnya di surga atau di neraka”.
Dan inilah ucapan malaikat ketika menunjukkan rumah akhirat seorang zhalim di neraka, “Wahai musuh Allah, itulah rumahmu kelak, bersiaplah engkau merasakan siksa neraka”. Naudzu bila min dzalik!

Sakaratul Maut Orang-orang Yang Bertaqwa

Sebaliknya Imam Ghozali mengatakan bahwa orang beriman akan melihat rupa Malaikatul Maut sebagai pemuda tampan, berpakaian indah dan menyebarkan wangi yang sangat harum.

Dan dikatakan kepada orang-orang yang bertakwa: “Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?” Mereka menjawab: “(Allah telah menurunkan) kebaikan”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa, (yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): “Assalamu alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan”. (QS, An-Nahl, 16 : 30-31-32)

Dan saat terakhir sakaratul mautnya, malaikatpun akan menunjukkan surga yang akan menjadi rumahnya kelak di akhirat, dan berkata padanya, “Bergembiaralah, wahai sahabat Allah, itulah rumahmu kelak, bergembiralah dalam masa-masa menunggumu”.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Semoga kita yang masih hidup dapat selalu dikaruniai hidayah-Nya, berada dalam jalan yang benar, selalu istiqomah dalam keimanan, dan termasuk umat yang dimudahkan-Nya, selama hidup di dunia, di akhir hidup, ketika sakaratul maut, di alam barzakh, di Padang Mahsyar, di jembatan jembatan Sirath-al mustaqim, dan seterusnya.
Amin !

Minggu, 02 November 2008

Mesin Itu Bernama Kecemasan dan Depresi

Mesin Itu Bernama Kecemasan dan Depresi
Oleh : Aan Anwarudin


Dalam al-Qur’ân, kata al-insân identik dengan arti manusia yang mampu menggunakan rasionalitas dan akal-budinya. Salah satunya, seperti yang tercatat dalam Surat al-‘Ashr: 1-3: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati kepada kebenaran dan kesabaran.”
Akal dan budi yang dimiliki oleh manusia sesungguhnya adalah anugerah yang besar yang diberikan Allah kepada makhluknya (manusia). Karenanya manusia dapat berfikir dan bertindak sesuai denagn akal-budinya. Dalam kesempatan tulisan ini khusus pembahasan sesuatu yang sangat hebat yang ada pada manusia.
Berikut sebuah software yang mampu mengantarkan manusia kepada masa depan dan masa lalu. Dan mesian tersebut tidak dibeli maupun inovasi yang berlebihan. Dua software itu benama KECEMASAN dan DEPRESI. KECEMASAN adalah sebuah kemampuan untuk dapat berangkat ke MASA DEPAN dan merasakan sesuatu saat ini. Manusia belum dapat mengalaminya, belum melihat tapi hal itu sudah dapat dirasakan. Sedangkan DEPRESI adalah sebuah kemampuan untuk kembali ke masa lalu dan dapat dirasakan saat ini. Sesuatu itu sudah terlewati, dimakan oleh waktu, tapi manusia dapat merasakan dan mngambilo kembali berbagai peristiwa gamabar, suara, perasaan dan dapat mengembalikannya saat ini. Right Now. Sungguh luar biasa dan hebat cara kerja mesin itu dan hal ini dapat dirasakan oleh siapapun. Jika hal itu dapat kita telusuri dan ambil manfaatnya, dapatkah dengan kedua software itu mansuia dapat meuwujudkan apa yang diimpikannya dan target yang berkualitas semasa hidupnya. Atau dapatkah efisien hal itu menjadikan manusia lebih baik dari sebelumnya. Karena kita punya suatu yang hebat dan mampu untuk dapat berangkat dan pergi ke masa depan dan dapat merasakan masa yang sudah terlewati.
Karena itu ada software lain yang dapat digunakan adalah ; Optimistis dan rasa syukur, kedua hal itu dapat mengembalikan energi baru dan gairah dalam merengkuh kehidupan agar lebih baik dan tegar dalam menghadapi apapun dan memecahkan masalah yang dihadapi. Bukankah dalam Al-quran Allah berpesan : “Jika bersyukur maka akan ditambahkan nikmatnya dan jika kufur maka sesungguhnya adzabku sangat pedih”. Salam Sukses

Rabu, 15 Oktober 2008

Cinta Tanpa Syarat

CINTA TANPA SYARAT

Kisah ini diambil dari kutipan Andrie Wongso, berikut kutipan kisah : Dikisahkan, ada sebuah keluarga besar. Kakek dan nenek mereka merupakan pasangan suami istri yang tampak serasi dan selalu harmonis satu sama lain. Suatu hari, saat berkumpul bersama, si cucu bertanya kepada mereka berdua, "Kakek, Nenek, tolong beritahu kepada kami resep akur dan cara Kakek dan Nenek mempertahan cinta selama ini agar kami yang muda-muda bisa belajar."

Mendengar pertanyaan itu, sesaat kakek dan nenek beradu pandang sambil saling melempar senyum. Dari tatapan keduanya, terpancar rasa kasih yang mendalam di antara mereka. "Aha, Nenek yang akan bercerita dan menjawab pertanyaan kalian," kata kakek.

Sambil menerawang ke masa lalu, nenek pun memulai kisahnya. "Ini pengalaman kakek dan nenek yang tak mungkin terlupakan dan rasanya perlu kalian dengar dengan baik. Suatu hari, kami berdua terlibat obrolan tentang sebuah artikel di majalah yang berjudul ‘bagaimana memperkuat tali pernikahan'. Di sana dituliskan, masing-masing dari kita diminta mencatat hal-hal yang kurang disukai dari pasangan kita. Kemudian, dibahas cara untuk mengubahnya agar ikatan tali pernikahan bisa lebih kuat dan bahagia. Nah, malam itu, kami sepakat berpisah kamar dan mencatat apa saja yang tidak disukai. Esoknya, selesai sarapan, nenek memulai lebih dulu membacakan daftar dosa kakekmu sepanjang kurang lebih tiga halaman. Kalau dipikir-pikir, ternyata banyak juga, dan herannya lagi, sebegitu banyak yang tidak disukai, tetapi tetap saja kakek kalian menjadi suami tercinta nenekmu ini," kata nenek sambil tertawa. Mata tuanya tampak berkaca-kaca mengenang kembali saat itu.

Lalu nenek melanjutkan, "Nenek membacanya hingga selesai dan kelelahan. Dan, sekarang giliran kakekmu yang melanjutakan bercerita." Dengan suara perlahan, si kakek meneruskan. "Pagi itu, kakek membawa kertas juga, tetapi.... kosong. kakek tidak mencatat sesuatu pun di kertas itu. Kakek merasa nenekmu adalah wanita yang kakek cintai apa adanya, kakek tidak ingin mengubahnya sedikit pun. Nenekmu cantik, baik hati, dan mau menikahi kakekmu ini, itu sudah lebih dari cukup bagi kakek."

Nenek segera menimpali, "Nenek sungguh sangat tersentuh oleh pernyataan kakekmu itu sehingga sejak saat itu, tidak ada masalah atau sesuatu apa pun yang cukup besar yang dapat menyebabkan kami bertengkar dan mengurangi perasaan cinta kami berdua."

Pembaca tercinta,
Begitulah kehidupan sesungguhnya ada banyak potensi yang tersimpan pada setiap diri, seringkali maslah yang dihadapi susah untuk melihat hikmah apa yang dapat diambil. Kehidupan mengajari kita untuk bagaimana berbuat yang sesungguhnya, memberi yang terbaik adalah tulus dan tanpa syarat. Kadang kebanyakan orang melihat siapapun bahkan pasangannya sendiri dari keburukan saja atau sisi negatifnya, seharusnya mulailah melihat orang dari hal yang positif karena itu dapat menguatkan cinta yang yang sesungguhnya bahkan mesi tanpa syarat.

Saya meyakini bahwa setiap orang menginginkan keindahan dalam hidupnya, banyak berbuat dan memberi serta mencoba untuk tetap selalu bersyukur. Mulai ini anda dapat menggunakan resep ini. Selamat mencoba.

Salam motivasi dan konsisten !!!!!!!!
Aan Anwarudin
www.aan-anwarudin.blogspot.com

Khutbah Idul Fitri 1429 H

Khutbah Idul Fitri 1429 H: Memupuk Optimisme Seorang Muslim

Oleh: Aan Anwarudin


سلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر 9×

اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً، لاَإلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وِللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ وَحَرَّمَ عَلَيْهِمْ فِيْهِ الصِّياَمَ، وَنَزَّلَ الْقُرْآنَ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناَتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ، نَحْمَدُهُ وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.

أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وأُصَلِّيْ وَاُسَلِّمُ عَلَى الْقَائِدِ وَالْقُدْوَةِ مُحَمَّدٍ بْنِ عَبْدِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَذُرِّيَّتِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ وَمَنْ جاَهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd

Hadirin yang dimuliakan Allah. Ramadhan berlalu sudah. Kini kaum Muslim menggemakan takbir, tahlil dan tahmid serentak di seluruh dunia sebagai ungkapan syukur kepada Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan untuk mendirikan ibadah di bulan Ramadhan; shaum mulai terbit fajar sampai matahari terbenam, membaca al-Quran, menghidupkan malam dengan tarawih, i’tikaf, dan berdzikir. Bulan yang membuat orang Mukmin berlinang air mata, mengingat akan kealpaan, dosa, kelalaian, dan kemaksiatan diri. Bulan untuk introspeksi diri terhadap apa yang telah dilakukan. Semuanya itu ditujukan untuk mendekatkan diri kepada-Mu. Inilah bulan yang Allah telah berikan kesempatan kepada kita untuk berkaca dan memperbaiki diri. Inilah Bulan yang Allah SWT limpahkan kasih sayang-Nya kepada hamba-Nya. Inilah Bulan yang Allah SWT janjikan ampunan. Ampunan atas seluruh dosa kita sebelumnya, sehingga kita bagaikan manusia yang terlahir kembali.

Yaa Allah, Yaa Rahman, yaa Rahiim. Kami yang berkumpul di tempat ini, pada pagi ini, adalah para hambu-Mu. Saat Ramadhan kami tertatih-tatih mendekatkan diri kepada-Mu karena berharap kasih sayang-Mu. Yaa Allah, setiap saat kami berusaha mengetuk pintu-Mu dengan rasa lapar dan dahaga. Yaa Allah, setiap malam kami berusaha membaca al-Quran untuk memahami petunjuk-Mu. Setiap saat kami menyeru-Mu dengan dzikir dan doa. Semua itu, yaa Rahman, hanya untuk menggapai ridla dan janji-Mu. Engkaulah Dzat yang maha mengetahui apa yang telah kami lakukan. Yaa Rahman, kami bersaksi, bahwa Nabi Muhammad saw. adalah utusan-Mu, suri teladan bagi seluruh umat manusia. Shalawat dan salam semoga Engkau limpahkan kepada beliau saw, keluarga, kerabat dan shahabat beliau, serta kaum Muslim yang secara konsisten dan konsekuen menjalankan dan mendakwahkan ajarannya hingga Hari Kiamat.


Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Dahulu para sahabat sangat bangga menjadi muslim. Mereka mengatakan, ”Ayahku adalah Islam. Tiada lagi selain Islam. Apabila orang bangga dengan suku mereka, tapi aku bangga nasabku adalah Islam. Suatu ketika Salman Al-Farisi radhiyallahu anhu ditanya, ”Keturunan siapa Kamu?” Salman yang membanggakan keislamannya, tidak mengatakan dirinya keturunan Persia, tapi ia mengatakan dengan lantang, ”Saya putera Islam.” inilah sebabnya Rasulullah saw mendeklarasikan bahwa, ”Salman adalah bagian dari keluarga kami –ahlul bait-, bagian dari keluarga Muhammad saw.”

Kita harus bangga bahwa kita adalah muslim. Karena faktanya bahwa Islam itu diturunkan sebagai misi dimana Muhammad saw sebagai Rasulnya, juga diturunkan ke muka bumi dengan tujuan menyebarkan kasih sayang. Karena itu kita haruslah bangga, karena kitalah yang dinanti-nanti oleh umat manusia. Kita rahmat bagi alam semesta ini. Kita bagaikan air yang dirindukan oleh orang yang haus dahaga. Kita adalah makanan yang sedang dimimpikan oleh orang yang lapar.

Fakta lain, kita harus bangga menjadi muslim, adalah bahwa kita mempunyai kitab suci. Al-Qur’an sendiri telah menjamin bahwa kitab ini tidak mungkin ternodai. Tidak satu huruf atau titik pun yang akan merubah kesucian Al-Qur’an yang sudah pasti di pelihara oleh Allah. Karena itu kebenaran Al-Qur’an akan tetap abadi. Al-Qur’an yang ada di Indonesia adalah Al-Qur’an yang ada dan dibaca oleh saudara-saudara kita di muka bumi lain. Al-Qur’an yang dicetak di Indonesia, Arab Saudi, Mesir adalah Al-Qur’an yang dicetak di seluruh dunia. Oleh karena itu, kita mempunyai alasan yang sangat kuat bahwa kitalah pihak yang paling berhak menyampaikan kebenaran dari Allah kepada seluruh umat manusia.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Mudah-mudahan selepas Ramadhan ini rasa rindu kepada waktu shalat selalu kita pelihara, keinginan yang kuat untuk memberi selalu tertananam dengan kuat. Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa menyia-nyiakan waktunya berarti ia menyiakan-nyiakan hidupnya.

Ada survei tahun 1980 bahwa Jepang adalah negara pertama yang paling produktif dan evektif dalam menggunakan waktu, disusul Amerika dan Israel. Subhanallah, ternyata negara-negara itu kini menguasai dunia. Sebagai seorang muslim, mestinya kita menjadi orang yang paling disiplin dengan waktu kita. Al-Qur’an yang kita baca di bulan Ramadhan mengisyaratkan pentingnya waktu bagi kehidupan. Bahkan pada banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu.

Maka jika kita ingin menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan bermartabat di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal-hal yang produktif, baik untuk kepentingan dunia atau akhirat kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Ramadhan juga melatih kita untuk memakmurkan tempat-tempat ibadah; masjid, mushalla, dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah Allah ini, kita kerahkan anak istri kita untuk meramaikan tempat suci ini. Hingga ketika menyaksikan pemandangan indah ini seseorang sempat berkhayal, “Andai Ramadhan datang dua belas kali setahun.” Begitu indah pemandangan ini, suara pujian dan doa bersahut-sahutan dari pengeras suara di antara masjid-masjid. Alam serasa hanyut dalam tasbih dan istighfar.

Suasana ini perlu kita pertahankan selepas Ramadhan ini, kita perlu mengerahkan keluarga kita untuk memakmurkan masjid-masjid Allah. Sehingga kita layak mendapatkan janji Allah, bahwa,

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ الله فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ….. وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ بِالْمَسَاجِدِ

Ada tujuh golongan manusia yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya di hari dimana tidak ada naungan selian naungan Allah….dan seseorang yang hatinya terikat dengan masjid.”

Ramadhan juga melatih kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada Allah dengan mengorbankan tenaga dan kepentingan kita, saat-saat kita masih lelah bekerja seharian, setelah sepanjang siang kita bertahan dengan rasa lapar dan dahaga, saat kita mestinya beristirahat dari kepenatan, namun, justru kita ruku’ dan sujud dalam shalat tarawih atau qiyamu Ramadhan dengan satu harapan, mudah-mudahan kita mendapatkan keridhaan Allah, itulah satu-satunya nilai optimis dalam hidup kita selaku Muslim.

Semangat ini juga mestinya kita jaga setelah Ramadhan, kita perlu mempersembahkan apa yang kita miliki ini untuk meraih keridhaan Allah. Sejatinya, apa yang kita miliki saat ini hanya amanah dari Allah Ta’ala, apakah kita dapat menunaikannya atau tidak. Hendaknya keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita, tidak ada desah nafas, mulut bergerak, tangan berayun, dan kaki melangkah kecuali kita harus mengirinya dengan satu pertanyaan, “Apakah dengan apa yang saya ucapkan dan saya lakukan ini saya akan mendapatkan ridha Allah.” Hingga dengan demikian serasilah apa yang sering kita ikrarkan,

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam.”

Ramadhan juga melatih kita untuk mempunyai rasa solidaritas sesama manusia, dengan rasa lapar dan dahaga kita teringat akan nasib sebagian dari saudara-saudara kita yang kurang beruntung di dalam hidup ini, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga. Apalagi, rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. Saat budaya hedonisme mulai menjangkiti manusia modern, dimana mereka hanya disibukkan oleh urusan pribadi, nafsi-nafsi, urusanku urusanku sendiri, silahkan urus urusanmu sendiri. Hal ini diakibatkan karena orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai satu-satunya tujuan. Bahkan, terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaannya seseorang rela menghalalkan segala cara.

Solidaritas semacam ini perlu kita pelihara dan kita aplikasikan dalam hubungan dengan sesama manusia dengan melakukan shiyam-shiyam sunnah, di mana Islam telah mensyariatkannya. Manusia modern perlu melakukan puasa untuk melatih kepekaan sosialnya, para pejabat perlu melakukan puasa sunnah untuk merasakan derita yang dialami sebagian besar bangsa ini. Sehingga, muncullah kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin. Atau, minimal dapat menurunkan gaya hidup kelas tinggi mereka di tengah bangsa yang menangis ini.

Bangsa ini masih terpuruk, rakyat masih menderita. Kemiskinan menjadi pemandangan utama di setiap sudut kota dan pelosok desa. Tidaklah pantas memamerkan kemewahan di hadapan mereka. Apalagi menggunakan fasilitas negara.

Zuhud, adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini. Az-Zuhri ditanya tentang makna zuhud dan dia menjawab, “Zuhud bukanlah pakaian yang kumal dan badan yang dekil. Zuhud adalah memalingkan diri dari syahwat dunia.” Orang mukmin boleh kaya dan berjaya, namun yang ada di hatinya hanyalah Allah semata. “Letakkan harta di tanganmu dan jangan letakkan di hatimu.” Demikian nasihat ulama.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Sungguh banyak pelatihan yang diberikan oleh Diklat Ramadhan kepada kita, itulah barangkali di antara hikmah disyariatkannya shiyam selama sebulan agar sebelas bulan sisanya kita lalu dengan menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Agar suasana spiritual yang dilatih selama sebulan ini menjadi energi kita dalam mengarungi sebelas bulan berikutnya. Agar predikat takwa itu benar-benar terjaga dalam diri kita. Sebab ketakwaan itulah bekal hidup dan modal kita untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla.

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَاأُولِي الْأَلْبَابِ

“Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”

قَاكُمْإِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْ

“Sesungguhnya sebaik-baik kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Demikianlah Ramadhan telah memberikan banyak perubahan dalam diri kita. Mulai dari sikap, perilaku, dan paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan ini. Mestinya ini semua menjadi bekal kita untuk melakukan perubahan-perubahan di masa depan, perubahan yang mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik. Sebagai pribadi maupun bangsa.

Tidak ada bekal terbaik untuk menghadapi kondisi sulit ini selain ketakwaan. Barangkali semua orang sepakat bahwa kita semua harus bangkit untuk mengatasi semua kesulitan yang melanda kita dan bangsa kita dewasa ini. Untuk itu di hari yang fitri ini, di tengah kita merayakan kemenangan besar ini. Di mana kita baru saja selesai melakukan pelatihan selama sebulan penuh, di mana nuansa kesucian tengah kita rasakan saat ini, sehingga pikiran dan hati kita tengah mengalami pencerahan karena nilai-nilai ketakwaan. Marilah kita menatap hari esok dengan semangat berubah ke arah yang lebih baik dan penuh optimisme, dan memang seorang Mukmin, seorang Muttaqi, seorang yang bertakwa pantang kehilangan asa dalam kondisi apapun. Optimisme adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi berbagai kesulitan ini.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Kiat dan kunci membangun optimisme seorang muslim adalah :

Pertama, Husnudzan kepada Allah.

Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah ini harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita sepakat bahwa tidak ada satu peristiwa yang terjadi selain dengan izin dan kehendak Allah, termasuk ujian dan kesulitan yang tengah kita hadapi. Dan seorang Mukmin selalu menghadapi semua ketentuan Allah itu dengan prasangka baik. Ia mempunyai prinsip bahwa apa yang menimpanya, itulah yang terbaik baginya menurut Allah. Oleh karena itu ia tidak menggerutu kepada Penciptanya, ia tidak memberontak karena keputusan Tuhannya, dan ia selalu menatap semua ujian itu dengan senyum. Ia yakin akan mendapatkan dua keuntungan dari ujian itu:

1. Diangkat dan dihapuskannya kesalahan dan dosa-dosanya

2. Dan tinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ صَبَرَ فَلَهُ الصَّبْرُ وَمَنْ جَزِعَ فَلَهُ الْجَزَعُ

“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barangsiapa bersabar ia mendapat (pahala) kesabarannya, dan barangsiapa gundah gulana, ia (tersiksa) karena kegundahannya.”

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya, dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika mendapat bencana ia bersabar dan itu baik pula baginya.” (Muslim)

Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya selain kebaikan, kalau tidak di dunia, di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan di akhirat akibat prasangka buruk kita kepada Allah. Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah.

Kedua, Tidak putus berdoa.

Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla.

Ujian yang Allah berikan kepada bangsa ini begitu berat, krisis moral, ekonomi yang mulai melemah, dan rentetan musibah lainnya yang bertubi-tubi menimpa bangsa ini. Barangkali pihak-pihak yang menginginkan kehancuran negeri ini tak habis pikir, mengapa hingga saat ini kita masih bisa bertahan. Kita yakin seyakin-yakinya, itulah berkat doa yang dipanjatkan setiap muslim di negeri ini, bahkan di seluruh dunia, itu semua berkat ratusan juta pasang tangan yang selalu ditengadahkan ke langit, memohon kepada yang Maha Kuat dan Maha Perkasa, agar negeri ini dijauhkan dari kehancuran…

Ketiga, meneladani para nabi dan rasul.

Mereka adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun ujian Allah timpakan kepada mereka begitu dahsyat dan tak terperikan. Bahkan di antara mereka ada yang mendapatkan gelar Uluz Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengarungi ujian berat. Dan mereka tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta’ala.

Adalah nabiyullah Zakaria yang selalu merindukan anak, namun hingga di usianya yang mulai senja, si buah hati yang diidamkannya belum kunjung datang. Akan tetapi hal itu tidak membuatnya berputus asa dan kehilangan optimisme. Dengarkanlah Al-Quran menuturkan,

(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”.(Maryam: 2-6)

Orang yang sudah tua renta, istrinya mandul…lalu mengharapkan mempunyai anak? Rasanya mustahil itu terjadi, rasanya harapannya akan tinggal harapan. Akan tetapi kekasih Allah tidak menyandarkan harapannya kepada sebab-sebab manusiawi, karena sebab-sebab itu merupakan kehendak Allah, Allah mampu menciptakan dari yang tiada menjadi ada. Apalagi dari yang sudah ada, walau usia renta dan istri mandul. Akhirnya Allah mendengar doanya dan melihat ketegarannya.

يَازَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا

“Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (Maryam: 7).

Itu pula yang dialami Ibrahim, Khalilullah.

Tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika kita tetap berusaha dan berdoa.

Pada perang Khandaq, saat sepuluh ribu pasukan sekutu yang terdiri dari suku Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya mengepung Madinah. Sementara Rasulullah hanya didukung dua ribu pasukan dengan parit yang mengelilingi sebagian sisi kota. Sementara itu orang-orang Yahudi Quraidzah yang terikat perjanjian dengan kaum Muslimin untuk melindungi wilayah perbatasan kota Madinah, ternyata mereka membatalkan perjanjian dan bergabung dengan pasukan sekutu. Dan dengarlah sikap Rasulullah menghadapi kondisi genting ini,

اَللهُ أَكْبَرُ، أَبْشِرُوْا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ بِفَتْحِ اللهِ وَنَصْرِهِ…

“Allahu Akbar, bergembiralah wahai sekalian kaum Muslimin dengan kemenangan dari Allah dan pertolongan-Nya.”

Dan ternyata Allah memperhatikan optimisme hamba terbaik-Nya, dua ribu pasukan Muslim dapat mengalahkan sepuluh ribu pasukan sekutu plus orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahil-hamdu…

Keempat, beramal dan bertawakkal.

Sebab Allah tidak menurunkan emas dari langit. Singsingkan lengan baju. Kita gunakan seluruh potensi yang Allah karuniakan kepada kita

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah:105).

Sebab tidak ada yang mengubah kita selain kita sendiri…

“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (Ar-Radu: 11)

Akhirnya, dengan jiwa yang suci bersih bak seorang bayi yang baru lahir. Marilah kita tundukkan hati kita kepada kebesaran Allah, menengadah, mengharap akan karunia dan rahmat-Nya, untuk kita, keluarga kita, kaum Muslimin, dan bangsa kita.

Allahu Akbar2 Wa Lillahil Hamd...,

Baarakallahu li wa lakum fil quraanil aadzim wanafaaniy waiyyakum bimaa fiihi minaal ayati wadzikril hakim wa taqobbalallahu minna waminkum tilawatahuu innahu huwassamiiul aaliim

KHUTBAH KEDUA

Allahu Akbar7x Wa Lillahil Hamd...,

اَللّهُمَّ صَلِّى وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعَا إِلَى اللهِ بِدَعْوَةِ اْلإِسْلاَمِ وَمَنْ تَمَسَّكَ بِسُنَّةِ رَسُوْلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحسْاَنٍ اِلى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ

اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَ التُّقَى وَ الْعَفَافَ وَالْغِنَى نَاتِجَةً مِنْ صِيَامِنَا وَ اجْعَلْهُ شَافِعًا لَنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا دُعَائَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا، اَللَّهُمَّ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، كُلُ عَامٍ وَ أَنْتُمْ بِخَيْرٍ

اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Selasa, 01 April 2008

Mencintai Akherat Hidup Lebih Produktif

Mendengar kata cinta sungguh menarik, indah dan luar biasa. Siapa yang tak kenal kata cinta ia ada di setiap insan selagi nafas masih ada di setiap jiwa. Tiga hal yang tak luput dan lekang di telan zaman pertama cinta, tahta, dan wanita. Begitulah cinta maka kitapun tepana dan terpesona dibuatnya, memang setidaknya dicintai butuh terlebih belajar untuk selalu mencintai. Ini persoalan cinta, yakin bahwa Pencipta alam semesta lebih layak untuk mendapatkan urutan pertama dari yang lainnya. Usahakan bahwa Allah selalu ada dalam hati kita yakin sebelum kita melakukan apapaun di dunia ini yakin seperti apa yang di sampaikan oleh Imam Ibnu Atha’ilah : “Andaikan nur keyakinan itu telah menerangi hatimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat kepadamu sebelum engkau melangkahkan kaki kepadanya. Engkau pun akan melihat semua kecantikan dunia telah diliputi kesuraman yang akan menghinggapinya”.
Suatu ketika Rasulullah SAW berjumpa seorang pemuda dari kalangan Anshar, Haritsah namanya. "Bagaimanakah keadaanmu hari ini, wahai Haritsah?" tanya Rasul. "Saya kini menjadi seorang Mukmin yang sungguh-sungguh," jawab Haritsah. "Wahai Haritsah, hati-hati dengan perkataanmu. Sebab setiap ucapan harus ada bukti hakikinya". "Ya Rasulullah jiwaku jemu dari dunia, sehingga saya bangun malam dan puasa di siang hari. Kini, seolah-olah saya berhadapan dengan Arasy, dan melihat ahli syurga sedang saling menziarahi, sebagaimana aku melihat ahli neraka sedang menjerit-jerit di dalamnya". Rasul kemudian bersabda, "Engkau telah melihat, maka tetapkanlah (jangan berubah). Engkau seorang hamba yang telah diberi cahaya iman dalam hati". Haritsah berkata, "Ya Rasulullah, doakan aku agar mati syahid". Rasul pun berdoa seperti diminta Haritsah. Di kemudian hari, Allah SWT mengabulkan doa Rasulullah SAW. Haritsah gugur sebagai syuhada.
Saudaraku, bila cahaya keyakinan telah bersemayam di hati, maka akhirat akan terasa dekat, seperti dekatnya sebuah benda di depan mata. Itulah yang dialami Haritsah saat berdialog dengan Rasulullah SAW. Akibatnya, dunia tidak lagi berarti di hadapannya. Walaupun harus mencari dunia, maka dunia tersebut akan ia ditujukan sebesar-besarnya untuk meraih kebahagiaan di akhirat.
Orang-orang yang memiliki keyakinan seperti itu, akan selalu berhitung tentang akhirat. Baginya, dunia hanya menarik sebagai bekal untuk akhirat. Saat melihat uang, yang terpikir di benaknya bukan bagaimana memuaskan nafsu dengan uang tersebut. Ia justru berpikir bagaimana uang tersebut bisa menyelamatkannya di akhirat kelak.
Uang tidak membuatnya tertarik membuat rumah di dunia, ia tertarik untuk membuat bangunan di syurga. Uang menjadikannya lebih bersemangat untuk dekat dengan Rasulullah SAW di akhirat. Rasul bersabda bahwa orang-orang yang peduli kepada anak yatim kedudukannya dengan Rasul bagaikan dekatnya dua jari tangan. Maka, para pecinta akhirat akan menjadi penyantun anak yatim yang ikhlas. Intinya, siapa pun yang mencinta kehidupan akhirat, maka ia akan ringan beramal. Tidak ada amal yang berat baginya. Sebab, semakin berat amal, maka akan semakin dekat ia dengan akhirat yang didambakannya. Cinta akhirat tidak harus menjadikan seseorang menjauhi hiruk pikuk dunia, hidup menyendiri dan tidak peduli dengan dunia luar. Cinta akhirat harus menjadikan seseorang lebih produktif berkarya.
Pecinta akhirat hidupnya tidak tergantung kepada apapun selain kepada janji Allah. Ia tidak bergantung pada gaji. Ia tidak terlalu yakin dengan harta, pangkat, jabatan, ketenaran dan segala aksesoris dunia. Ia hanya yakin akan janji Allah yang pasti dan kekal sifatnya. Karena itu, kita harus mati-matian mencari sesuatu yang kekal jaminannya. Maka bertanyalah selalu, apa sebetulnya yang kita cari di dunia ini: uang, jabatan, atau apa. Kalau itu yang kita cari, betapa kecilnya cita-cita kita.
Harusnya yang kita kejar adalah cinta dan ridha Allah. Fokuskan semua energi diri hanya untuk meraih cinta dan ridha Allah. Bila Allah sudah ridha, insya Allah dunia akan kita dapatkan. Allah akan menjaga, menjamin, mencukupi semua kebutuhan hamba-hamba yang dicintai-Nya.
Begitulah cinta akhirat, niat yang baik sebagai landasan dalam beramal sebagai bekal menuju kehidupan akherat. Allah selalu menguji hambanya dengan berbagai ujian yang diberikan Allah di dunia ini. Pastinya segala ujian sebagai batu loncatan untuk menjadi sebenarnya hamba. Tanamkan dalam diri untuk selalu mencari ridlo Allah, agar kehidupan akherat dan nikmat syurga lebih dekat dari mimpi apapun di dunia. Bukankah tujuan akhir kita untuk melihat wajah Allah diakherat kelak. Wallahua’lambishowab.

Rabu, 26 Maret 2008

Meraih Kesuksesan Sejati


Ternyata, harta, pangkat, jabatan yang seringkali dijadikan tolak ukur kesuksesan, dalam praktiknya seringkali menjerumuskan orang pada kesesatan.
Semoga Allah Yang Mahaagung mengaruniakan kepada kita kehati-hatian atas kesuksesan, karena orang yang diuji dengan kegagalan ternyata lebih mudah berhasil dibandingkan mereka yang diuji dengan kesuksesan.
Banyak orang yang tahan menghadapi kesulitan, tapi sedikit orang yang tidak tahan ketika menghadapi kemudahan. Ada orang yang bersabar ketika tidak mempunyai harta, tapi banyak orang yang tidak bisa mengendalikan diri saat dikaruniai harta yang melimpah. Ternyata, harta, pangkat, jabatan yang seringkali dijadikan tolak ukur kesuksesan, dalam praktiknya seringkali menjerumuskan orang pada kesesatan.
Apa sebenarnya kesuksesan itu? Boleh jadi setiap orang memiliki paradigma berbeda mengenai kesuksesan. Namun secara sederhana, sukses bisa dikatakan sebagai keberhasilan akan tercapainya sesuatu yang telah ditargetkan. Dalam pandangan Islam, kesuksesan tidak sekadar aspek dunia belaka, tapi menyentuh pula aspek akhirat.
Kesuksesan, setidaknya mencakup lima hal. Pertama, kalau aktivitas yang kita lakukan menjadi suatu amal. Apalah artinya kita banyak berbuat kalau tidak bernilai amal. Kedua, bila nama kita semakin baik. Apalah artinya kita mendapatkan uang, mendapatkan harta atau kedudukan kalau nama kita coreng-moreng. Ketiga, kalau kita terus bertambah ilmu, pengalaman, dan wawasan. Apalah artinya jika harta bertambah, tetapi ilmu dan pahala tidak bertambah. Bila ini yang terjadi, kita hanya akan terjebak oleh harta yang kita miliki.
Keempat, kita disebut sukses kalau kita dapat menjalin silaturahmi dengan orang lain, sehingga bertambah saudara. Apalah artinya mendapatkan uang dan kedudukan tetapi musuh kita bertambah banyak. Dengan terjalin silaturahmi, insya Allah akan semakin banyak orang yang mencintai kita. Bila orang sudah cinta, maka ia akan mengerahkan ilmunya untuk menambah ilmu kita, mencurahkan wawasannya untuk mengembangkan wawasan kita, serta memberikan tenaga dan hartanya untuk melindungi kita.
Kelima, kita disebut sukses bila pekerjaan yang kita lakukan dapat memberikan manfaat yang besar kepada orang lain. Rasulullah Saw bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak manfaatnya”. Semakin banyak menjadi jalan kesuksesan bagi orang lain, maka semakin sukseslah diri kita.
***
Pada hakikatnya kesuksesan itu milik setiap orang. Yang menjadi masalah, tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan kesuksesan itu. Setidaknya ada tujuh formula yang dapat kita lakukan untuk meriah kesuksesan tersebut. Saya menyebutnya dengan 7B. Ketujuh teknik ini harus ada semuanya, jika salah satu tidak ada maka, belum bisa dikatakan sebuah kesuksesan.
B pertama, beribadah dengan benar. Ibadah adalah fondasi dari niat, fondasi dari track yang akan kita buat. Siapapun yang ingin membangun kesuksesan, ia harus memperbaiki ibadahnya. Perbaiki, terus perbaiki ibadah. Siapa yang akan membimbing kita jika ibadah kita buruk? Siapa yang akan melindungi kita dari ketergelinciran kalau ibadah kita tidak jalan? Bukankah Allah Swt. berjanji akan menolong orang-orang yang ibadahnya baik. Intinya, ibadah adalah fondasi yang akan membuat kita agar senantiasa terjaga dalam jalur yang tepat.
B kedua, berakhlak baik. Akhlak yang baik adalah bukti dari ibadah yang benar. Apapun yang kita lakukan, kalau dilandasi akhlak yang buruk niscaya akan berakhir dengan kehancuran. Apa yang dimaksud akhlak yang baik itu? Rumusnya sangat sederhana yaitu merespons segala sesuatu dengan sikap yang terbaik; merespons kesulitan, merespons kesenangan, pujian, ataupun penghinaan, merespons sehat, sakit, sukses, gagal dengan sikap terbaik.
B ketiga, belajar tiada henti. Karena itu, pertanyaan yang harus kita ajukan adalah apakah kita menyukai proses belajar? Setiap hari masalah kita terus bertambah, kebutuhan bertambah, dan situasi berubah. Bagaimana mungkin kita menyikapi situasi yang terus berubah dengan ilmu yang tidak bertambah!.
B keempat, bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Curahan keringat tak selalu identik dengan kesuksesan. Berpikir cerdas adalah merupakan bagian dari kerja keras. Pada prinsipnya, sebuah hasil yang maksimal akan diraih bila kita mampu mengaktualisasikan ibadah, akhlak, dan ilmu kita dalam pekerjaan yang berkualitas.
B kelima, bersahaja dalam hidup. Ini adalah poin yang sangat penting. Betapa banyak orang yang bekerja keras dan mendapatkan apa yang dia inginkan, tetapi dia tidak dapat mengendalikan dirinya. Bersahaja itu bukan sederhana, bersahaja itu bukan miskin, bersahaja adalah menggunakan sesuatu sesuai keperluan. Kenapa kita harus bersahaja? Dengan bersahaja kita akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tidak diperbudak keinginan.
B keenam, bantu sesama. Selalu membantu orang lain adalah tanda kesuksesan. Kalau kita memiliki rumah yang lapang, maka harus ada upaya untuk menampung orang lain, misalnya menampung anak-anak yatim. Kita harus gigih agar kelebihan yang kita miliki dapat menjadi nilai tambah bagi sesama.
B ketujuh, bersihkan hati selalu. Bila hati kita berpenyakit, maka akan tumbuh rasa ujub, ria, sum’ah, takabur, dan lainnya. Kondisi ini akan membuat amal-amal kita tidak berarti; tidak indah lagi di dunia dan tidak berkah lagi untuk akhirat. Allah Swt. berfirman, Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat (QS. Asy-Syu’ara: 88-89).
Andaikata formula ini kita lakukan dengan baik, Insya Allah akan berdampak untuk kesuksesan diri kita, berdampak pada lingkungan kita, dan pada saat yang sama berdampak pula pada kesuksesan di akhirat.
Wallahu a’lam bishawab. Aa Gym

AKAN ADA KEMUDAHAN SETELAH KESULITAN

Akan Ada Kemudahan Setelah Kesulitan
Oleh : Aan Anwarudin

Sesungguhnya Allah ciptakan alam ini dan segala isinya dengan maksud dan tujuan tertentu, penciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia dari benda yang ada dilangit dan di bumi, dari yang terkecil sampai yang paling besar, dan dari setiap makhluknya itu sendiri terutama manusia. Tidak ada yang sulit bagi Allah, karena Dialah yang Maha Kuasa yang mengenggam alam ini beserta seluruh isinya. Karena itu sebagai makhluknya manusia harus selalu bersyukur akan pemberian apapun yang ada pada dirinya, apapun adalah yang terbaik bagi manusia itu sendiri. Hidup ini adalah ibarat sebuah film sinetron akan ada episode dalam setiap penggalan film itu, begitu juga episode dalam kehidupan ini kadang manusia harus berperan pada gilirannya menjadi orang yang sangat sengsara kemudian pada episode berikutnya dia akan bahagia. Hakikatnya hidup ini adalah tarbiyah dari Allah suatu saat manusia akan diberi kesukaran namun pada waktu yang lain atau bahkan tidak jauh dari waktu itu hampir bersamaan diberikan kemudahan. Manusia yang hanya memandang setiap kejadian tanpa disertai cahaya Al-quran, seringkali gagal dalam memberikan makna pada suatu peristiwa yang menimpanya. Akibatnya jatuhlah dia dalam lubang keputusasaan . Allah menyampaikan rahasia penting dalam Al-quran sebagai berikut :”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.(QS.94 : 5-6). Seringkali manusia saat menghadapi kesukaran mudah jatuh dalam keputusasaan dan kesedihan yang berlebihan, tapi saat menghadapi kemudahan rizki dan persoalan dalam hidupnya seringkali lupa akan dirinya dan Tuhannya.
Demi Allah ujian orang yang beriman sungguh menjadi keniscayaan karenanya tidak ada satupun manusia yang bernafas di dunia ini kecuali akan diberikan kepadanya dua perkara. Perkara pertama Allah berikan kepadanya kenikmatan dan yang kedua adalah berupa peringatan (kesengsaraan) sebagai bahan bakar untuk mengarungi samudera kehidupan ini. Sesungguhnya Allah memberikan cobaan yang ada di alam ini adalah sesuai dengan kemampuan dari hambanya itu sendiri, karenanya semakin tinggi keimanan seseorang maka sesungguhnya cobaan yang diberikan sebanding yang diimaninya. Firman Allah dalam al-Quran :”Kami tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya, dan pada sisi Kami ada suatu kitab yang membicarakan kebenaran, dan mereka tidak dianiaya”. (QS. 23: 62). Marilah sejenak kita merefleksi atas realitas kehidupan ini begitu banyak orang yang tujuan hidupnya hanya dunia semata, mereka tidak hanya akan mengalami kesulitan dalam menjalani hidup tapi juga akan menyulitkan orang lain. Kita tidak menginginkan bahwa kehidupan yang sesaat ini begitu banyak beban yang kita berikan baik pada diri sendiri, keluarga, sahabat atau bahkan masyarakat secara umum. Hanya orang yang tak beriman yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya. Karena ia tidak meyakini bahwa setelah itu akan ada kampung akherat, tidak mempercayai akan adanya kehidupan setelah kematian di dunia ini. Betapapun banyak dan hebatnya prestasi hidup kita di dunia ini, tidak ada yang lebih pantas untuk kita banggakan kecuali karena kita adalah seorang muslim. Jika kita sadari hal ini, maka semua kenikmatan yang telah kita rasakan tidak ada nilainya dibanding dengan nikmat islam. Betapa tidak, ini adalah prestasi yang tidak semua manusia mendapatkannya. Hanya mereka yang menerima curahan rahmat dan kasih sayang dari Allah saja yang merasakannya. Sesungguhnya seorang muslim adalah sosok yang tidak pantas untuk lama dan berlarut dalam kesedihan yang berkepanjangan, bermuram durja, meratap, hanya karena nasibnya di dunia yang mungkin kurang beruntung. Sebab kita memiliki kekuatan, bahkan sumber kekuatan itu sendiri. Kita punya Allah swt. Kita punya teladan, Rasulullah saw. Dan kita punya pedoman hidup yang maha benar yang mengantarkan manusia pada kematangan dalam berislam, Al-Quran yang mulia. Itulah modal kita dalam kehidupan ini, yang kemungkinan besar tidak dimiliki oleh orang lain manapun di dunia ini. Karena itu, wajar jika Allah mengingatkan kita,”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang –orang yang beriman.
Begitu banyak orang yang beranggapan bahwa hidup dalam ketaatan kepada Allah sangat menyusahkan, dikarenakan beban kewajiban yang begitu berat. Ini adalah tipu daya setan agar manusia menempuh jalan yang sesat. Sesungguhnya kesusahan dan kemudahan adalah satu kepastian, bagi mereka yang ingin bangkit dari kesusahan akan ada kemudahan yang senantiasa akan menghampirinya. Kemudahan yang pasti adalah ketika manusia itu sendiri selalu berupaya untuk mampu bertahan dalam menjalankan kehidupan ini dalam bentuk apapun (susah – senang). Allah tidak akan membiarkan hambanya begitu saja rencana-Nya adalah lebih baik dari apa yang direncanakan jauh-jauh hari oleh hambanya. Sebagaimana dijelaskan pada ayat sebelumnya (diatas) apapun musibah yang dialami oleh manusia, Allah selalu memberi jalan keluar bagi orang yang beriman. Sesungguhnya orang yang beriman akan melihat karunia Allah berupa kemudahan atas segala kesukaran, sepanjang dia sabar dan tabah. Karenanya dalam ayat lain, Allah memberi kabar gembira bagi hambanya yang bertaqwa kepada-Nya. Firman Allah :”Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya” (QS.65: 2-3). Janjinya tak pernah meleset karena sudah menjadi kepastian dalam hidup ini, karena itu sebagai hamba-Nya jangan pernah bosan untuk selalu bersabar apabila ditimpa musibah (kesusahan) karena di dunia ini tidak ada penderitaan yang abadi. Waallahua’lam Bishawab. Awr19/03/06

Selasa, 25 Maret 2008

SAYAP YANG TAK KAN PERNAH PATAH

SAYAP YANG TAK KAN PERNAH PATAH

"Sambutlah hari dengan kebahagiaan, bebas seperti burung terbang pagi hari"
Mari kita bicara tentang orang-orang yang patah hati. Atau kasihnya tak sampai, atau cintanya tertolak. Seperti sayap-sayap Gibran yang patah. Atau kisah kasih Zainuddin dan Hayati yang kandas ketika kapal Vanderwicjk tenggelam. Atau cinta Qais dan Laila yang membuat mereka ‘majnun’, lalu mati. Atau, jangan-jangan ini juga cerita tentang cintamu sendiri, yang kandas ditempa takdir, atau layu tak berbalas.
Itu cerita cinta yang digali dari mata air air mata. Dunia tidak merah jambu disana. Hanya ada Qais yang telah majnun dan meratap di tengah gurun kenestapaan sembari memanggil burung-burung
O burung, adakah yang mau meminjamkan sayap
Aku ingin terbang menjemput sang kekasih hati.
Mari kita ikut berbelasungkawa untuk mereka. Mereka orang-orang baik yang perlu dikasihani. Atau, jika mereka adalah kamu sendiri, maka terimalah ucapan belasungkawaku, dan belajarlah mengasihani dirimu sendiri.
Di alam jiwa, sayap cinta itu sesungguhnya tak pernah patah. Kasih selalu sampai disana, Apabila ada cinta dihati yang satu, pastilah ada cinta di hati yang lain,” kata Rumi, “Sebab tangan yang satu tak kan bisa bertepuk tanpa tangan yang lain”. Mungkin Rumi bercerita tentang apa yang seharusnya. Sementara kita menyaksikan fakta lain.
Kalau cinta berawal dan berakhir karena Allah, maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta pada-Nya, pengejawantahan ibadah hati yang paling hakiki: Selamanya memberi yang bisa kita berikan, selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai. Dalam makna memberi itu posisi kita sangat kuat: kita tak perlu kecewa atau terhina dengan penolakan, atau lemah atau melankolik saat kasih kandas karena takdir-Nya. Sebab disini kita justru sedang melakukan sebuah “pekerjaan jiwa” yang besar dan agung: mencintai.
Ketika kasih tak sampai, atau uluran tangan cinta tertolak, yang sesungguhnya terjadi hanyalah “kesempatan memberi” yang lewat. Hanya itu. Setiap saat kesempatan semacam itu dapat terulang. Selama kita memiliki cinta, memiliki “sesuatu” yang dapat kita berikan, Maka persoalan penolakan atau ketidaksampaian, jadi tidak relevan. Ini hanya murni masalah waktu. Para pecinta sejati selamanya hanya bertanya: “Apakah yang akan kuberikan?” Tentang kepada “siapa” sesuatu itu diberikan, itu menjadi sekunder.
Jadi tidak hanya patah atau hancur karena lemah. Kita lemah karena posisi jiwa kita salah. Seperti ini: kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya! Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menjadi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain mencintai kita. Anis Mata

Senin, 24 Maret 2008

Keutamaan Shalat Tarawih

KEUTAMAAN SHALAT TARAWIH

Saudaraku, jika engkau mengetahui berkah mengerjakan shalat tarawih yang hanya ada di bulan suci Ramadhan, masihkah engkau ingkar untuk melakukannya?
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, “Nabi Muhammad SAW. ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih pada bulan Ramadhan, kemudian beliau besabda: ” jika seorang Mukmin mengerjakan Shalat Tarawih pada,
Malam ke-1
orang tersebut akan dikeluarkan dari dosanya, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
Malam ke-2
ia akan diampuni dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya Mukmin.
Malam ke-3
seorang malaikat berseru dari bawah Arsy: ” Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat ”.
Malam ke-4
Ia akan memperoleh pahala seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Quran.
Malam ke-5
Allah Ta’ala memberinya pahala seperti pahala orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjidil Madinah, dan Masjidil Aqsha.
Malam ke-6
Allah Ta’ala memberinya pahala orang yang berthawaf di Baitul Makmur dan dimohonkan ampun oleh setiap batu dan cadas.
Malam ke-7
Seolah-olah dia mencapai derajat Nabi Musa A.S dan kemenangannya atas Fir’aun dan Haman.
Malam ke-8
Allah Ta’ala memberinya apa yang pernah dia berikan kepada Nabi Ibrahmim A.S.
Malam ke-9
Seolah-olah ia beribadah kepada Allah Ta’ala sebagimana ibadahnya Nabi SAW.
Malam ke-10
Allah Ta’ala mengaruniai dia kebaikan dunia dan akhirat.
Malam ke-11
Ia keluar dari dunia seperti saat ia dilahirkan dari perut ibunya.
Malam ke-12
Ia datang pada hari kiamat sedang wajahnya bagaikan bulan pada malam purnama.
Malam ke-13
Ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiap keburukan.
Malam ke-14
Para malaikat datang seraya memberi kesaksian untuknya bahwa dia telah melakukan shalat tarawih maka Allah tidak menghisabnya pada hari kiamat.
Malam ke-15
Ia didoakan oleh para malaikat dan para penanggung (pemikul) Arsy dan Kursi.
Malam ke-16
Allah menerapkan baginya kebebasan untuk selamat dari neraka dan kebebasan masuk ke dalam surga.
Malam ke-17
Ia diberi pahala seperti pahala para nabi.
Malam ke-18
Seorang malaikat menyeru, “Hai hamba Allah, sesungguhnya Allah ridha kepadamu dan kepada ibu-bapakmu.
Malam ke-19
Allah menangkat derajat-derajatnya dalam surga Firdaus.
Malam ke-20
Allah memberikan pahala untuk para syuhada (orang-orang yang mati syahid) dan shalihin (orang-orang yang saleh).
Malam ke-21
Allah membangun untuknya sebuah gedung dari cahaya.
Malam ke-22
Ia datang pada hari kiamat dalam keadaan aman dari setiapkesedihan dan kesusahan.
Malam ke-23
Allah membangun untuknya sebuah kota dalam surga.
Malam ke-24
Ia memperoleh dua puluh empat doa yang dikabulkan.
Malam ke-25
Allah Ta’ala menghapuskan darinya azab kubur.
Malam ke-26
Allah mengangkat pahalanya selama empat uluh tahun.
Malam ke-27
Ia dapat melewati shirath pada hari kiamat, bagaikan kilat yang menyambar.
Malam ke-28
Allah mengangkat baginya seribu derajat dalam surga.
Malam ke-29
Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima.
Malam ke-30
Allah berfirman,”Hai hamba-Ku, makanlah buah-buahan surga, mandilah dari air Salsabil, dan minumlah dari Telaga Kautsar. Akulah Tuhanmu, dan engkau hamba-Ku.”
( Hadits Riwayat Majalis )

Subhanallah . . . !

Sumber
Muhammad, Ibnu. 2007. Puasa Bersama Rasulullah: Bagaimana Kehidupan Sehari- hari Rasulullah Saat Berpuasa. Bandung: Mizania.